Kamis, 24 Desember 2009

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK DAN BERBASIS ICT

A. Pendahuluan

Pada era globalisasi saat ini terjadi perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang berlangsung sekarang setidaknya menghadapi dua tantangan. Tantangan yang pertama berasal dari adanya perubahan pandangan terhadap belajar itu sendiri. Pandangan behaviuorisme yang mengutamakan stimulus dan respon tidak cukup untuk dapat memberikan hasil optimal. Selain itu orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan lebih tertarik pada aspek kognitif dan afektif siswa, atau lebih tepatnya bagaimana dan apa yang terjadi apabila siswa belajar secara dinamis, termasuk faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi cara berpikir atau belajar mereka. Untuk saat ini pembelajaran di kelas sudah mengarah pada pandangan konstruktivist yang harus melibatkan aktivitas yang mendukung semua siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan penalaran analitis dan kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi, dan mencapai kebiasaan (habit) berpikir. Pembelajaran di kelas juga harus mempresentasikan ide-ide kunci dan konsep dari berbagai perspektif, seperti menyajikan berbagai range dari contoh dan aplikasi untuk memotivasi dan mengilustrasi materi, mempromosikan koneksi suatu bidang ilmu ke disiplin ilmu lain, mengembangkan kemampuan setiap siswa untuk menerapkan materi yang diajarkan ke disiplin ilmu lain tersebut, memperkenalkan topik yang terkini dari suatu bidang ilmu dan aplikasinya, dan meningkatkan persepsi siswa tentang peran vital dan pentingnya ilmu pengetahuan dalam perkembangan dunia dewasa ini.
Tuntutan berpikir atau belajar yang dinamis, seperti penalaran, komunikasi, koneksi, dan pemecahan masalah membutuhkan suatu wahana komunikasi (baik verbal maupun tulisan), dinyatakan dalam suatu bentuk representasi atau representasi multipel, yang merupakan bahasa yang dapat digunakan untuk mengungkapkan ide-ide atau pikiran seseorang, dan mengkomunikasikannya kepada orang lain atau diri sendiri, baik secara verbal maupun tulisan, melalui grafik, tabel, gambar, persamaan, atau yang lainnya.
Akan tetapi, dalam implementasi proses pembelajarannya banyak terjadi kendala, misalnya kesukaran siswa dalam menjembatani representasi-representasi dan secara fleksibel berpindah dari satu representasi ke representasi lainnya (Yerushalmy, 1997). Menurut Sfard (1992), Greer dan Harel (1998), Hong, Thomas, dan Kwon (2000), Greeno dan Hall (dalam Zachariades, Christou, dan Papageorgiou, 2002) siswa mempunyai kemampuan minimal dalam menjembatani representasi-representasi tanpa memahami benang merah antar ide konsep materi-materi yang direpresentasikan.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu sarana dari guru untuk menjembatani hal tersebut melalui bahn ajar yang akan disajikan baik itu berupa modul, hand out ataupun lembar kerja siswa.
Tantangan kedua yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, yang menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran. Kemajuan teknologi ini memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi self-guided. Selain itu teknologi juga memainkan peranan penting dalam memperbaharui konsepsi pembelajaran yang semula semata-mata fokus pada pembelajaran sebagai suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi sosial budaya yang kaya akan pengetahuan.
Pembaharuan paradigma belajar melalui pandangan konstruktivisme dan pergeseran-pergeseran yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan dua hal yang sangat sejalan dan saling memperkuat. Konstruktivisme dan teknologi, secara terpisah maupun bersama-sama telah menawarkan peluang-peluang baru dalam proses pembelajaran, baik di ruang kelas, belajar jarak jauh maupun belajar mandiri. Salah satu tulisan (Tam. M, 2000) melaporkan bahwa komputer dapat secara efektif digunakan untuk mengembangkan higher-order thinking skills yang terdiri dari kemampuan mendefinisikan masalah, menilai (judging) suatu informasi, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang relevan.
Perangkat berbasis teknologi lainnya yang diharapkan dapat digunakan dalam upaya mengembangkan lingkungan belajar yang lebih produktif adalah video discs, multimedia/hypermedia, e-mail dan internet, disamping piranti lunak Computer Assisted Instruction/Intelligent Computer Assisted Instruction (CAI/ICAI).
Oleh karena itu kebutuhan akan multimedia interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan Teknologi Informasi (IT) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya siswa mulai dari pra-sekolah, SD, SMP dan SMU/SMK dituntut untuk mengenal TI sejak dini. Kebutuhan ini tidak hanya sebagai wacana tetapi dilegalisasi melalui terbitnya Kurikulum yang memasukan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah, lebih khusus lagi SMK TI secara spesifik mempelajari TI sebagai suatu keahlian produktif. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah, pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardawre komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (bantuan perasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang pembelajaran TI dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan TI. Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Atas dasar pentingnya bahan pembelajaran berbasis ICT yang dirancang oleh guru bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan untuk kepentingan publikasi komunikasi dan informasi lembaga, maka sudah menjadi kebutuhan yang mendesak untuk adanya peningkatan kemampuan para pelaku pendidikan/ pelatihan terutama guru untuk memiliki kemampuan dalam merancang multimedia interaktif untuk mengemas berbagai materi-materi pelajaran.

B. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang
administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.
Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran. Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum adalah
• Agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.
• Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.
• Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif.
• Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan
cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa
dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.
Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di sekolah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja tetapi juga untuk semua mata pelajaran. Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK di sekolah. Mengamati Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain.
Ada tiga posisi penting di Depdiknas dalam program pengembangan TIK, yaitu:
1. Bidang kejuruan, TIK menjadi salah satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis baik hardware dan software masuk dalam kurikum pendidikan. Dibentuknya ICT center di seluruh Indonesia. Untuk menghubungkan sekolahsekolah di sekitar ICT center dibangun WAN (Wireless Area Network) Kota.
2. Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan interaktif, Elearning dan ESMA. Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah.
3. Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia. Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi dengan internet. Melihat program yang diadakan oleh Depdiknas kita bisa memanfaatkan fasilitas tersebut karena bersifat terbuka.
B. BELAJAR MANDIRI

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut Prawiradilaga (2004 : 194) Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah:
• Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).
• Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.
• Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.
• Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video.
• Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik.
• Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
C. APA ITU E-LEARNING?
E-learning merupakan suatu teknologi informasi yang realtif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘elektronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan ‘online course’. Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut :
E-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as (Soekartawi, 2003)
Dengan demikian maka e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksaanya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
Dalam perkembanganya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah (CBL) atau computer assisted learning (CAL). Saat pertama kali komputer mulai diperkenalkan khususnya untuk pembelajaran, maka komputer menjadi popular dikalangan anak didik. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai variasi teknik mengajar bisa dibuat dengan bantuan kompter tersebut. Maka setelah itu teknologi pembelajaran terus berkembang dan dikelompokan menjadi dua yaitu :
• Technology-based learning
• Technology-based Web-learning
• Technology based-learning ini pada prinsipnya terdiri dari dua, yaitu audio (audio tape, radio, voice mail, telepone ) dan video information technologies (video tape, nideo text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data information tecbnologies (bulletin board, internet, email, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering dipakai pada pendidikan jarak jauh, dimaksudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Sedangkan interaksi antara guru dan murid bisa dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous) atau tidak langsung, misalnya pesan direkam dahulu sebelum digunakan. Cara ini dikenal dengan nama e-synchronous.
D. KARAKTERISTIK E-LEARNING
Karakteristik e-learning antara lain adalah:
• Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokelor;
• Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehinga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja dan yang bersangkutan memerlukanya; dan
• Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Menurut Miarso (2004), Pemanfaatan E-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar-mengajar didominasi oleh peranan guru, karena itu disebut the era of theacher. Kini, proses belajar-mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar mengajar akan didominasi oleh guru, buku, dan teknologi (the era of teacher, book, and technology)

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING

Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia diinternet.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya da-lam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut.
• Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
• Guru dan siswa dapat mengguakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
• Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer.
• Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
• Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
• Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif .
• Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja , bagi mereka yang bertugas di kapal,di luar negeri, dan sebagainya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran guru dan yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7. Kurangnya penguasaan komputer.
F. FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMANFAATKAN E – LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN

Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002; serta Soekawati, 1999;) antara lain:
• Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adakah apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas sasaran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis ini dilaksanakan dan jawabanya adalah membutuhkan e-learning maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaianya adalah:
1. Apakah secara teknis dapat dilaksanakan misalnya apakah jaringan internet bisa dipasang, apakah infrasruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya tersedia.
2. Apakah secara ekonomis menguntungkan, misalnya apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah return on investment nya lebih besar dari satu.
3. Apakah secara sosial penggunaan e-kearning tersebut diterima oleh masyarakat
• Rancangan Instruksional

Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, 1999) :
1. Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester.
2. Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dan sebagainya.
3. Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
4. Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan seterusnya.
5. State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
6. Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
7. Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapan berdasarkan fasilitas yang ada.

• Tahap Pengembangan

Berbagai upaya dalam pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia hal ini kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan intruksional yang akan dipergunakan terus dipertimbangkan dan dievaluasi secara kontinu.
• Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini sering kali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri.
• Evaluasi
Sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus-menerus.

Akhirnya harus pula diperhatikan masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:
1. Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon, dan infrastruktur yang lain.
2. Masalah ketersediaan software (peranti lunak). Bagaimana mengusahakan peranti lunak yang tidak mahal.
3. Masalah dampaknya terhadap krikulum yang ada.
4. Masalah skill dan knowledge.
5. Attitude terhadap ICT.
SIMPULAN

E-learning merupakan aplikasi internet yang dapat menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online. E-learning tercipta untuk mengatasi keterbatasan antara pendidik dan peserta didik, terutama dalam hal waktu dan ruang. Dengan e-learning maka pendidik dan peserta didik tidak harus berada dalam satu dimensi ruang dan waktu. Proses pendidikan dapat berjalan kapan saja dengan mengabaikan kedua hal tersebut.

E-learning akan dimanfaatka atau tidak sangat tergantung bagaimana pengguna memandang atau menilai e-learning tersebut. Namun umumnya digunakannya teknologi tersebut tergatung dari:
1. Apakah teknologi itu memang sudah merupakan kebutuhan;
2. Apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai;
3. Apakah didukung oleh dana yang memadai; dan
4. Apakah ada dukungan dari pembuat kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, A.A dan Ono W. Purbo. 2002. Teknologi E-learning Berbasis PHP dan MySQL. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana: Jakarta.
Prakoso, Kukuh Setyo. 2005. Membangun E-learning dengan Moodle. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Prawiradilaga, Dewi S dan Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Prenata Media: Jakarta..
Soekartawi. 1999. Rancangan Instructional. Rajawali Press: Jakarta.
Soekartawi. 2003. E-learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah disampaikan pada seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya, 3 Februari 2003.
Tam, M. Constructivism, Instructional Design, and Technology: Implication for Transforming Distance Learning. Educational Technology, Volume 3 Number 2. 2000.
*Oleh : Dra. Risnanosanti, M.Pd Dosen PNSD pada FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Rabu, 23 Desember 2009

Pengumuman Pelatihan Internet/ICT lanjutan

Diberitahukan dengan hormat kepada seluruh anggota FKGB ( Forum Komunikasi Guru Bersertifikasi ) Banyumanik dan umumnya kepada kepada guru-guru Banyumanik yang berminat kepada internet, bahwa akan diadakan kegiatan pelatihan internet besok pada

hari/tanggal : Senin, 28 Desember 2009
waktu : 13.00 WIB
tempat : Mall Matahari simpanglima lantai 5
Penyelenggara : Telkom Kandatel smg dengan FKGB
lain-lain : Disediakan fasilitas lap top 20 bh, berpiagam/sertifikat dan GRATIS.

nb. bagi peserta yg tidak kebagian laptop dapat membawa sendiri laptop ( karena sistim koneksi hotspot ).

hormat kami

ttd
Isman Purwanto
ketua FKGB Bnyumanik

Pemberitahuan SD Yang mendapat bantuan Schoolnet dari Jardiknas

Pemerintah melalui Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) telah merealisasi program Schoolnet se Indonesia, program ini telah dimulai sejak tahun 2008.

Adapun SD-SD Yang telah mendapatkan bantuan SchoolNet di Banyumanik adalah abb :
1. SD Pudakpayung 1-3
2. SD Padangsari 14 ( Merbau 14 )
3. SD Srondol I ab
4. SD Cakra Madya Dwipa 2
5. SD Gedawang 1
6. SD Al Azar 14
7. SD Hidayatullah
8. SD Srondol Wetan 01
9. SD Tinjomoyo 3 ( Gombel Lama )
( Info Bpk. Nugroho(Jardiknas) Hp. 02470500899

JARDIKNAS merupakan intranet/Wide Area Network (WAN)

Pendidikan skala Nasional yang terdiri dari 4 zona jaringan, meliputi:
1. Zona Kantor Dinas/Insitusi: Transaksi data online SIM Pendidikan
2. Zona Perguruan Tinggi (INHERENT): Riset dan Pengembangan IPTEKS
3. Zona Sekolah (SchoolNet): Akses Informasi dan E-Learning Sekolah
4. Zona Guru dan Siswa: Akses Informasi dan E-Learning Personal
Sejak tahun 2008 Pustekkom telah menerima mandat dari Menteri Pendidikan Nasional untuk mengelola Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Maka sesuai dengan permintaan Menteri Pendidikan Nasional , pada hari Selasa tanggal 1 April 2008 telah dilaksanakan serah-terima pengelolaan Jardiknas dari Biro PKLN kepada Pustekkom.

SchoolNet

Layanan Schoolnet adalah layanan koneksi ke Jardiknas khusus bagi zona sekolah saja. Hingga saat ini Depdiknas telah bekerjasama dengan PT. Telkom dalam penyediaan infrastruktur koneksi ke sekolah-sekolah menggunakan teknologi ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line) yang lebih dikenal dengan produk Speedy Telkom. Namun demikian bagi sekolah-sekolah di wilayah Indonesia yang belum terjangkau infrastruktur Speedy Telkom dapat menggunakan jalur wireless 2.4 Ghz yang dikoordinir oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten masing-masing.

Secara umum, keuntungan bagi sekolah bergabung dengan program SchoolNet, antara lain:

* Mendapatkan hak akses Intranet dan Internet melalui jalur Jardiknas serta layanan lain yang tersedia sesuai aturan yang berlaku.
* Akses jalur koneksi bersifat tidak terbatas.
* Berbiaya relatif murah.
* Kapasitas basis Speedy 384 kbps dan basis wireless 128 kbps s.d 1 Mbps.

Syarat umum bagi sekolah yang berhak mendapatkan fasilitas koneksi SchoolNet antara lain:

* Memiliki NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional).
* Memiliki Laboratorium Komputer dengan jaringan komputer (LAN) minimal 5 PC.
* Mematuhi aturan dan prosedur yang berlaku.



Prosedur SchoolNet basis Speedy

* Memiliki jalur kabel telepon dari Telkom.
* Mendaftar secara mandiri koneksi speedy ke Telkom setempat (disarankan paket home Rp. 200.000 per bulan – belum termasuk pajak).
* Menyediakan modem speedy (ADSL).
* Mendaftarkan akses Jardiknas ke Depdiknas Pusat melalui Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten setempat.

Jumat, 04 Desember 2009

Pascaputusan MA, Pemerintah Perlu Tinjau UN

JAKARTA, KOMPAS.com - Dimenangkannya kembali gugatan masyarakat lewat citizen law suit soal penyelenggaraan Ujian Nasional oleh MA disambut "dingin" oleh kalangan pemerhati pendidikan.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasasi yang diajukan oleh pemerintah yang menolak putusan pengadilan tinggi soal kemenangan masyarakat atas gugatan UN itu dinyatakan ditolak Mahkamah Agung. Informasi ditolaknya kasasi pemerintah soal gugatan UN tersebut diketahui dari info perkara pada situs Mahkamah Agung (MA) bernomor register 2596 K/PDT/2008 tanggal 14 September 2009.

"Dari segi hukum perlu diapresiasi, karena setidaknya putusan MA itu perlu dikritisi oleh pemerintah untuk benar-benar meninjau kembali UN, yang selama ini terjadi pemerintah tdaik pernah melakukan itu," ujar Dr Anita Lie, dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika WIdya Mandala Surabaya, Rabu (25/11).

Namun, Anita menambahkan, di luar soal "kemenangan" itu sendiri, ada hal lebih penting yang perlu disoroti oleh masyarakat menyoal UN. Hal penting itu, kata dia, adalah kesiapan guru dan anak didik terkait dimajukannya pelaksanaan UN tahun ajaran 2010, yaitu pada bulan Maret 2010.

"Terutama untuk anak didik, mereka sudah pasti stres, Depdiknas tampaknya terlalu memaksakan hal ini," ujar Fasilitator Pelatihan Guru dan Peraih Doktor Bidang Kurikulum dan Pengajaran dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat.

Sementara itu, menurut Sekretaris Institute for Education Reform Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen, ada hal lebih penting dari putusan MA tersebut, yaitu soal pemborosan. Abduh mengatakan, pemborosan terjadi akibat dikeluarkannya kebijakan UN ulang bagi siswa yang tidak lulus.

"Dengan model yang seperti ini, UN sampai saat ini tidak memperlihatkan satu hal pun yang menyangkut soal peningkatan mutu anak didik," ujarnya.

Abduh menegaskan, kalau tidak dikritisi oleh masyarakat, kondisi yang terjadi akan terus begini. "UN itu tentu bisa diadakan, tetapi kalau sudah dilakukan perubahan pada kerangka pendidikan nasional yang bermutu secara menyeluruh, namun kenyataannya secara makro hal itu tidak ada sama sekali, tidak ada kompromi," tambahnya.

Mendiknas: Tak Ada Kata yang Melarang Pemerintah Gelar UN

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendiknas Mohammad Nuh mengatakan akan patuh terhadap keputusan lembaga negara dan siap menjalankannya.

Demikian hal tersebut juga diupayakan jika memang ada jalur hukum lain setelah kasasi ditolak. Mendiknas mengatakan, menurut para ahli hukum, masih ada upaya lain dalam bentuk PK (peninjauan kembali).

Persoalannya, jelas Nuh, sampai saat ini Depdiknas belum menerima putusan kasasi tersebut. Memang, lanjut Mendiknas, bunyi putusan tersebut ada di website MK yang menjelaskan kasasi pemerintah berkaitan dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas penyelenggaraan UN. Nuh menjelaskan, ia mencoba memahami putusan kasasi yang dikeluarkan MA sehubungan dengan keputusan pengadilan tinggi pada 3 Mei 2007 lalu itu.

Ada enam poin, lanjut Nuh, dan tiga di antaranya yang mungkin dimaknai dengan; pemerintah tidak boleh melaksanakan UN. “Kalau melihat keputusan itu, tidak ada satu kata pun yang menyatakan tentang dilarangnya pemerintah melakukan UN,” kata Mendiknas di Jakarta, Kamis (26/11).

Yang ada, tambah Mendiknas, sambil membagikan salinan keputusan pengadilan tinggi kepada para wartawan, dalam bentuk memerintahkan kepada para tergugat (baca:pemerintah) untuk meningkatkan kualitas guru, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah di Indonesia, sebelum mengeluarkan kebijakan Pelaksanaan Ujian Nasional lebih lanjut; memerintahkan kepada para tergugat untuk mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengatasi gangguan psikologi dan mental peserta didik dalam usia anak akibat penyelenggaraan UN; memerintahkan kepada para tergugat untuk meninjau kembali Sistem Pendidikan Nasional.

Terkait dengan perintah tersebut, Nuh menjelaskan, Depdiknas telah melakukan perbaikan-perbaikan dalam hal meningkatkan kualitas guru, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah di Indonesia.

“Pada program seratus hari Depdiknas jelas terlihat upaya-upaya itu sedang dilakukan, misalnya menyambungkan internet ke 17.500 sekolah,” katanya.

UN Menjebak Sekolah Menjadi Bimbingan Belajar

JAKARTA, KOMPAS.com - Indikator Ujian Nasional (UN) bukan merupakan indikator kualitas pendidikan nasional. Sebagus apapun hasil UN memang tidak mencerminkan kualitas mutu pendidikan nasional.

Demikian hal itu diungkapkan oleh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Widya Mandala Surabaya Dr Anita Lie kepada Kompas.com, Rabu (25/11) di Jakarta. "Asumsinya, meski tidak ada kecurangan dalam pelaksanaan UN sekalipun, hasilnya tidak akan mencerminkan kualitas mutu pendidikan nasional," ujar Anita.

Anita menambahkan, mutu pendidikan yang dimaksud adalah mutu pendidikan untuk pemerintah, tetapi bukan untuk anak-anak didik. Anita mengaitkan hal ini dengan dimajukannya jadwal UN pada Maret 2010 mendatang.

"Depdiknas terlalu memaksakan, siswa tentu saja stres," ujarnya.

Sebabnya, kata dia, sehubungan dengan UN itu akan dilaksanakan, mulai dari sekolah, guru, pengajar di bimbingan belajar, bahkan sampai orang tua pun menjejali anak didiknya dengan soal-soal tes dan persiapan UN. Padahal sebaliknya, lanjut Anita, hal itu justeru membuang waktu dan perhatian yang seharusnya digunakan untuk proses belajar mengajar.

"Semua pihak (sekolah) terjebak dan berubah seperti halnya sebuah bimbingan belajar. Tak ada lagi suasana belajar yang kondusif bagi anak-anak itu," ujar Anita.

Anita mencontohkan dan sekaligus sangat menyayangkan, bahwa terkait persiapan UN, rata-rata sekolah menyetop kegiatan ekstrakulikuler bagi anak-anak didik yang akan menghadapi UN.

"Padahal justeru di situlah dinamika mereka menuntut ilmu di sekolah," ujarnya.

Pemborosan

Menurut Sekretaris Institute for Education Reform Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen, kebijakan tetap melaksanakan UN tahun depan perlu disoroti oleh masyarakat, khususnya menyangkut soal pemborosan. Abduh mengatakan, pemborosan terjadi akibat dikeluarkannya kebijakan UN ulang bagi siswa yang tidak lulus.

"Dengan model yang seperti ini, UN sampai saat ini tidak memperlihatkan satu hal pun yang menyangkut soal peningkatan mutu anak didik," ujarnya.

Abduh menegaskan, kalau tidak dikritisi oleh masyarakat, kondisi yang terjadi akan terus begini. "UN itu tentu bisa diadakan, tetapi kalau sudah dilakukan perubahan pada kerangka pendidikan nasional yang bermutu secara menyeluruh, namun kenyataannya secara makro hal itu tidak ada sama sekali, tidak ada kompromi," tambahnya.

"Apalagi dengan rencana Depdiknas yang akan menjadikan hasil UN sebagai tiket masuk ke perguruan tinggi negeri, tujuan UN itu sendiri makin membingungkan," ujarnya.

selamat kepada teman-teman yang lulus sertifikasi tahun 2009

Selamat dan sukses kepada teman-teman yang lulus sertifikasi angkatan tahun 2009 baik yang melalui jalur portopolio maupun PLPG. Selamat bergabung dengan kami teman-teman angkatan sebelumnya yaitu angkatan 2006, 2007, dan 2008. Mari rapatkan barisan ini dan berkarya demi anak bangsa juga demi suksesnya pendidikan nasional. Mari kembangkan diri, majukan diri, demi kemajuan anak didik kita.

satu tahun sudah

Ya satu tahun sudah kami menunggu keluarnya tunjangan sertifikasi, tetapi belum juga keluar. Berita simpang siurpun terdengar ada yang sudah menerima si a si b si c dan macam-macam. Apa benar ? Yang keluar 1, 2, 3 orang alasan apa yang embuat mereka mendapat tunjangan. Logikanya tunjangan keluar ya satu angkatan toh hak kita sama yaitu telah dinyatakan lulus sertifikasi baik portopolio maupun PLPG. Ada beberapa teman yang mencoba mengecek rekening yang mereka miliki di bank, akan tetapi hasilnya tetap nihil. Kami sendiri juga telah mengecek rekening di Bank Jateng nyatanya juga Nihil. Ya... kecewa deh. Sabar, sabar, sabar demikian saran teman-teman.

Selasa, 27 Oktober 2009

Berapa Lama Lagi Kami Menunggu ?

Menunggu memang suatu pekerjaan yang sangat menjemukan. Sama hal dengan kami guru-guru yang sertifikasi tahun 2008, katanya dana cair bulan April, kemudian mundur bulan Juni, mundur lagi bulan Juli, mundur lagi sehabis lebaran, mundur lagi Oktober, dan sekarang bulannya sudah hampir habis. Sampai kapan kami menunggu. Lebih baik dana sertifikasi diberikan setiap bulan saja. Sebab kalau dirapel kesannya kami mendapat durian runtuh sekian juta kali sekian bulan, wah..wah..wah buanyak banget bikin orang lain ngiler. Padahal itu kan hak kami setelah melalui berbagai seleksi dan perjuangan. Jadi sebaiknya memang diberikan setiap bulan saja sehingga kesannya biasa-biasa saja. Teman-temanku senasib sabar ya, semoga suara hati kita didengar oleh yang maha Kuasa. Hutangku sudah numpuk jadi kalau terima dana ya langsung aja buat nyaur hutang he he.

Rabu, 02 September 2009

PELATIHAN INTERNET (ICT) BAGI GURU GURU BANYUMANIK

Kamis, 3 September 2009 sungguh hari yang sangat menyenangkan, bagaimana tidak kami bersama-sama berlatih internet di Gedung Kandatel Semarang secara gratis. Kami bisa browsing dan searching di internet. Namun sayang dari sekian banyak undangan via sms yang hadir hanya 13 orang, dari 20 laptop yang disediakan kandatel hanya 13 laptop yang dipergunakan, sementara 7 laptop merana tidak ada yang menyentuh padahal sudah online. Ketidakhadiran teman-teman mungkin karena informasi yang kurang, atau mungkin pelatihan di jam efektif, tetapi mungkin juga tidak adanya surat tugas padahal acara ini dihadiri oleh Ka UPTD Pendidikan Kec. Banyumanik.
Acara dibuka oleh Bapak Kuncoro selaku kepala bagian pelatihan dilanjutkan sambutan dan pembukaan oleh Ka. Kandatel Semarang Bapak Muhammad Hatta, terakhir sambutan oleh Ka UPTD Pendd Banyumanik Dra. Puji Astuti, MM. Adapun materi yang awal adalah browsing dan searching. Sungguh asyik sekali kami berlatih tak terasa waktu sudah hampir 3 jam tak terasa. Acara di mulai pukul 09.30 dan selesai pukul 13.00.

Kamis, 30 Juli 2009

DIKLAT NASIONAL POIN 25 DI IKIP PGRI SMG

IKIP PGRI SEMARANG akan mengadakan Diklat Nasional yang bertema " PENGEMBANGAN PTK TINGKATKAN KREATIVITAS DAN PROFESIONALISME GURU ". Diklat dilaksanakan pada Minggu tanggal 2 Agustus 2009 mulai pukul 07.30 sampai selesai bertempat di Auditorium IKIP PGRI Lantai 2 Gedung B.
Adapun sebagai pembicara antara lain :
1. Dirjrn PMPTK
2. Ketua Umum PGRI
3. Pembantu Rektor I
4. Kepala Lembaga Penelitian.
Kontribusi peserta sebesar Rp. 90.000.-/peserta.
Pendaftaran bagi anggota FKGB dikoordinir oleh Isman Purwanto Hp.
Demikian pengumuman ini supaya diindahkan. Terima kasih.

Isman Purwanto

SEMINAR IT EDU DAN SAGUSALA

SEMINAR IT EDU DAN SAGUSALA (SATU GURU SATU LAPTOP) FAIR JAWA TENGAH


Kerjasama Kompas Gramedia –Klub Guru Jateng– UDINUS


Pendaftaran Seminar klik link Klub Guru Jateng

A. Latar Belakang
Saat ini, hampir semua aktivitas manusia tidak dapat dipisahkan dari interaksinya dengan teknologi komputer. Dari sekedar menikmati musik, gambar atau video, sampai dengan menganalisis data, komunikasi dengan komunitas, bahkan sampai dengan mengelola kelas dan menjalankan roda bisnis. Untuk teknologi hardware, juga memungkinkan memiliki mobilitas yang sangat tinggi, sehingga ada pepatah yang mengatakan bahwa, ”dunia sudah ada di tangan”.




Menurut Cash (Cash et.al., 1992) , semenjak dihadirkannya untuk keperluan industri pada tahun 1960, teknologi komputer telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sampai saat ini. Tidak hanya dari segi software dan hardware, cash menyampaikan bahwa teknologi komputer telah berevolusi, dari fungsi efisiensi merambah kedalam bidang manajemen, pendidikan, dan sosial. Perkembangan teknologi informasi memperlihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti e-government, e- commerce, e-education, e-medicine, e-e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika.


Dalam dunia pendidikan, globalisasi telah memicu kecenderungan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumya.


Salah satu upaya guna meningkatkan kualitas pendidikan adalah memberikan kesadaran kepada pelaku pendidikan tentang pentingnya peran Tehnologi Informasi serta mendorong pemanfaatan TIK pada institusi pendidikan.


Adanya fenomena di atas, menuntut guru sebagai pengajar dan pendidik untuk dapat menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Bagi guru, pengusaan teknologi ini dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk mengakses informasi, akan tetapi juga untuk membuat bahan ajar.


Untuk mendukung hal ini, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah agar guru-guru memiliki kemampuan penguasaan TIK khususnya dalam pembelajaran. Meskipun demikian tidak semua guru tersentuh dengan program pemerintah ini, apalagi mengingat bahwa di Propinsi Jawa Tengah khususnya jumlah guru-guru yang ada sekitar dua ratus ribu (data dari www.jawatengah.go.id). Untuk mengatasi permasalahan banyaknya jumlah guru dan sebaran yang luas, maka dibutuhkan tutor/trainer multimedia di setiap wilayahnya.


Dari uraian di atas, Klub Guru Jawa Tengah bekerjasama dengan Kompas Gramedia mengagendakan kegiatan Information and Technology (IT) yang dikemas dalam tajuk IT Edu dan Sagusala Fair guna pengembangan pengajaran dan pembelajaran yang lebih bermutu dan professional bagi guru-guru Se-Propinsi Jawa Tengah.

B. Tujuan Kegiatan
Seminar dengan tema “The World is my Class” bertujuan;
1. Memberikan arah pengembangan TI & Komunikasi (TIK) kepada institusi pendidikan.
2. Mendorong pemanfaatan TIK pada institusi pendidikan
3. Meningkatkan peran orang tua, sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

C. Peserta
Peserta IT EDU dan SAGUSALA FAIR adalah:
1.Pimpinan lembaga pendidikan, guru, dosen, dan instruktur
2. Mahasiswa
3. Orang Tua Siswa dan Umum


D. Pelaksana
Kegiatan Peserta IT EDU dan SAGUSALA FAIR diselenggarakan atas kerjasama antara Pengurus Klub Guru Jawa Tengah, Kompas Gramedia, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Program Sagusala KGI dan beberapa sponsor.

E. Sekretariat dan Contact Person
Alamat Sekretariat di SMP N 11 Semarang, Jl. Karangrejo Gajahmungkur Jatingaleh Semarang
Contact Person : HP:
1. Hamrowi (SMK 11 Semarang) : 081 542 507 907
2. Manda Kartiko : 081 227 283 377
3. Sukirno (SMP 11 Semarang) : 081 542 436 020
4. Budhi Handoyo, S.Pd (SMA 8 Semarang) : 081 228 561 93
5. Ristiono, S.Pd (MAN 2` Semarang) : 024 706 313 38
6. M. Ahsan,S.Ag (SMP 2 Semarang) : 081 225 555 83
7. Lukman, S.Kom (SMPIT Pondok Selamat Kendal): 085226177007
8. Mulyo Utomo, M.Pd (SMPN 3 Demak) : 081225065175


F. Kontribusi dan Fasilitas Peserta
Kontribusi peserta adalah sebagai berikut:
Kontribusi peserta sampai tanggal 24 Juli 2009
1. Anggota Klub Guru Indonesia dan Mahasiswa : Rp. 60.000, 00
2. Non Anggota Klub Guru Indonesia dan Umum : Rp. 80.000, 00
Kontribusi peserta sesudah tanggal 24 juli 2009
1. Anggota Klub Guru Indonesia dan Mahasiswa : Rp. 80.000, 00
2. Non Anggota Klub Guru Indonesia dan Umum : Rp. 100.000, 00


Fasilitas peserta yang diperoleh peserta seminar sebagai berikut:
1. Sertifikat
2. Goodies bag berisi nomer perkenalan Majalah Infokomputer/Tabloid PC Plus (Hari I)
3. Materi presentasi
4. Makan siang (Hari I)
5. Snack (Hari I dan II)


G. Pendaftaran Peserta
Peserta dapat mendaftarkan diri langsung ke sekretariat di SMP 11 Semarang dan melalui contact person di sekolah yang ditunjuk.
Kontribusi pendaftaran dapat juga ditransfer melalui BPD JATENG Capem Kagok Semarang
Nomor Rekening : 3-089-01759-3 a/n: SUKIRNO,S.Pd.
Catatan:
1. Panitia hanya melayani transfer sampai tanggal 28 Juli 2009. Selebihnya tidak akan diakui jika tidak melakukan konfirmasi
pada ketua panitia.
2. Jumlah peserta maksimum 500 orang dan sewaktu-waktu kuota sudah terpenuhi pendaftaran akan ditutup.
3. Jika memiliki laptop, peserta bisa membawanya dalam keadaan fully charged untuk digunakan pada sesi Praktek di hari II.
Namun demikian, panitia tidak menyediakan sumber arus listrik.
4. Peserta yang sudah membayar dan tidak bisa hadir tidak akan mendapatkan sertifikat.
5. Sertifikat akan dibagikan pada hari kedua.


H. Waktu Pelaksanaan
1. Kegiatan IT EDU dan SAGUSALA FAIR ini dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu dan Minggu
Tanggal : 1 dan 2 Agustus 2009
Waktu : Hari I Pukul 08.00 – 13.30 WIB
Hari II Pukul 08.00 – 12.30 WIB


I. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan IT EDU dan SAGUSALA FAIR ini adalah:
1. Seminar dengan tujuan meningkatkan kesadaran pelaku pendidikan tentang pentingnya peran TIK dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pentingnya kerjasama ortu, sekolah dan masyarakat dalam meningkatkan daya juang anak didik di era global.
2. Sosialisasi Program SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop) dan Workshop Penggunaan internet.


J. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan IT EDU dan SGUSALA FAIR ini akan dilaksanakan di Ghedung E lantai 3 (Gedung TVKU) KAMPUS UDINUS Semarang, Jl. Nakula I Semarang.

K. Pembicara
Pada kegiatan IT EDU FAIRV ini terdiri dari pembicara sebagai berikut:
a. Sabtu, 1 Agustus 2009
1. Satria Dharma (Ketua Klub Guru Indonesia) / Mohammad Ihsan (Sekjen Klub Guru Indonesia)
“Dari Guru Konvensional menjadi Guru Profesional”
2. Prof Dr. Eko Indrajit Msc. (ICT Expert & Pemerhati Pendidikan);
“The World is My Class”
3. ames F Tomasow (Konsultan TI untuk Pendidikan):
“Transformasi ICT untuk Guru sebagai Agen Perubahan melalui Program SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop) I”
4. Vendor Hardware/Penyedia Solusi Edukasi

b. Minggu, 2 Agustus 2009
1. James F Tomasow (Konsultan TI untuk Pendidikan):
“Transformasi ICT untuk Guru sebagai Agen Perubahan melalui Program SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop) II”
2. Mampuono, S.Pd (Juara Guru Inovatif Asia Pasifik dan Ketua Klub Guru Jateng):
“Praktek Pemanfaatan Internet untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran”
3. Dr. Ir. Edi Nursasongko (Pakar Entrepreneurship, Rektor UDINUS) :
“Technopreneurship Sebagai Nilai Plus-plus Bagi Guru Profesional di Era Global”

4. Vendor SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop)


L. Susunan Panitia
Susunan panitia pada kegiatan IT EDU dan SAGUSALA FAIR ini terlampir.
M. Estimasi Anggaran
Estimasi anggaran kegiatan IT EDU dan SAGUSALA FAIR ini terlampir.
N. Sususan Acara
Susunan acara Kegiatan IT EDU dan SAGUSALA FAIR ini terlampir.
O. Sponsorship
Sponsor utama kegiatan ini adalah Kompas Gramedia, Program SAGUSALA KGI ,Universitas Dian Nuswantoro Semarang, dengan didukung pihak-pihak lain yang tertarik untuk terlibat sebagai sponsor pendukung.

P. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini, semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan kontribusi kepada kemajuan pendidikan di Indonesia. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini, semoga peranan Bapak dan Ibu dapat menjadi amal baik di sisi Allah SWT, amin.

Semarang, Juli 2009
Ketua Panitia


Sukirno, S.Pd

Mengetahui,
Ketua Klub Guru Jawa Tengah





Mampuono,S.Pd,M.Kom


Susunan Panitia
IT EDU dan SAGUSALA FAIR
Semarang, 1 - 2 Agustus 2009

Pembina : - Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jateng
- Kasubdit Dikmen Dinas Pendidikan Propinsi
- Rektor UDINUS Semarang
Pengarah : - Drs. Bunyamin, M.Pd
- Mampuono, S.Pd
Ketua Panitia : Sukirno,S.Pd
Sekretaris I : Sutriyono, S.Pd
Sekretaris II : Hamrowi,S.Si
Bendahara : - Manda Kartiko, - Dra. Lukita Yaniati
Divisi Pendaftaran & Undangan : - Mulyo Utomo, M.Pd
: - Lukman, S.Kom
Divisi sertifikat : - Hari Seputro, S.T, M.T
- Muhammad Akhsan, S.Ag
Divisi Perlengkapan : - Ristiono, S.Pd
- Manda Kartiko
Divisi Acara : - Budi Handoyo,S.Pd
- Singgih Saptahadi,M.T
Divisi Publikasi (Web, TV, Koran) : - Siswanto,S.Pd,S.Kom [ www.syswebco.com ]
- Sawali Tuhusetya,M.Pd - Imron Wijaya,S.Pd
Divisi Usaha dan Dana : - Didik Wira Samodra,S.H
- Hendy Nugroho
Divisi Pendaftaran Anggota baru : - Retnoadi M. S.Pd
- Budi Siswanto, S.Pd.
Divisi Akomodasi : - Netty P.Engel,S.Pd, M.Kom
- Drs. Siswanto, M.Pd.
Divisi Dokumentasi : - Catonggo Sulistiyono, S.Pd
- Setyo Purnomo
Divisi Konsumsi : - Endah Saraswati, - Dra. Woro Ahyati
- Dra. Lukita Yuniati
Divisi SAGUSALA : - Manda kartiko, S.I.P
- M. Hamrowi, S.Si
Divisi KORWIL : - Drs. Moh Yamin, M.Pd.
- Dra. Nikmah Nurbaity, M.Pd.
- Saptono Nugrohadi, S.Pd, M.Si


Susunan Acara
IT EDU FAIR DAN SAGUSALA
Tingkat Jawa Tengah
HARI I ( 1 Agustus 2009 )
07.30-08.30 Daftar Ulang
08.30-09.00 Sambutan-Sambutan dan Pembukaan
- Sambutan Ketua Panitia
- Sambutan Ketua KGI Jateng
- Sambutan Kadinas Prop. Jateng
- Sambutan Wagub Jateng dan Pembukaan
09.00-09.45 Satria Dharma (Ketua Klub Guru Indonesia)/M Ihsan (Sekjen KGI) dengan tema " “Dari Guru Konvensional Menjadi Guru Profesional”
09.45-10.30 Prof. Dr. Eko Indrajit Msc. (ICT Expert & Pemerhati Pendidikan)
Materi “The world is My Class”
10.30-11.15 Dr.Ir. Edi Nursasongo
(Pakar Entrepreneurship, Rektor UDINUS Semarang)
“Technopreneurship Sebagai Nilai Plus-Plus Bagi Guru Profesional di Era Global”
11.15-12.00 Panel dan Tanya-Jawab
12.00-13.00 Vendor Hardware/Penyedia Solusi Edukasi
13.00-13.30 Makan Siang
13.30 Penutup

Hari II: 2 Agustus 2009
08.00-08.30 Daftar Ulang
08.30-09.15 James F Tomasouw
(Konsultan TI dan Pimpro SAGUSALA Klub Guru Indonesia)
“Transformasi ICT untuk Guru sebagai Agen Perubahan melalui Program SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop)”
09.15-10.00 Mampuono, S.Pd
(Juara Guru Inovatif Asia Pasifik, Ketua Klub Guru Jateng)
“Praktek Pemanfaatan Internet untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran”
10.00-10.45 Melly Kiong (Penulis buku parenting pemecah rekor MURI)
“Membangun Kerjasama antara Orang Tua dan Sekolah untuk Meningkatkan Mental Juang Anak Didik di Era Global”
10.45-11.30 Panel dan Tanya-Jawab
11.30-12.30 Talk show Vendor Sagusala
12.30 Penutup

APA ITU DEFINISI BELAJAR DAN TEORI BELAJAR

A. Definisi Belajar
Belajar merupakan istilah yang sering didengar sejak seseorang masih bayi, memasuki masa kanak-kanak dan masa sekolah. Belajar berbicara, belajar berjalan dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan banyak sekali pengertian atau definisi belajar secara khusus.Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : ( Sardiman AM, 2000 ) :
1. Cronbach memberikan definisi : “ Learning is shown by change in behavior as a result of experience “ ( Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman ).
2. Harold spears memberikan batasan: “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction “ ( Belajar adalah dilakukan dengan mengamati, membaca, menirukan, mencoba, mendengarkan, mengikuti petunjuk dan pengarahan ).
3. Geoch, mengatakan : “ Learning is a change in performance as a result of practice “ ( Belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil praktik ).
Menurut Gagne belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Lebih lanjut menurut Gagne, setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara berurutan yaitu :
Pertama. Fase Aprehensi ( apprehention phase ). Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan ia lakukan. Dalam pelajaran IPS, stimulus tersebut bisa berupa materi pelajaran yang terletak pada halaman sebuah buku, latihan soal pada lembar Kerja siswa yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah atau bisa alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep tertentu. Pada fase ini siswa melakukan pencermatan terhadap stimulus tersebut antara lain dengan mencermati ciri-ciri dari stimulus tersebut dan mengamati hal-hal yang ia anggap menarik atau penting.
Kedua. Fase akuisisi ( acquisition phase ). Pada fase ini siswa melakukan akuisisi ( pemerolehan, penyerapan internalisasi ) terhadap berbagai fakta ketrampilan, konsep atau prinsip yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar tersebut ).
Ketiga. Fase penyimpanan ( storage phase ). Pada fase ini siswa menyimpan hasil-hasil; kegiatan belajar yang ia diperoleh dalam ingatan jangka pendek ( short-term memory ) dan ingatan jangka panjang ( long-term memory ) .
Keempat. Fase pemanggilan ( retrieval phase ). Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan telah ia simpan dalam ingatan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan konsep maupun prinsip. ( materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 2, 2005 :14 ).
Menurut Gagne kegiatan belajar manusia dapat dibedakan atas delapan jenis dari jenis belajar yang paling sederhana, yaitu belajar isyarat ( signal learning ) sampai jenis belajar yang paling kompleks, yaitu pemecahan masalah ( problem solving ). Kedelapan jenis belajar itu adalah : belajar isyarat ( signal learning ), belajar stimulus ( stimulus-response learning ), rangkaian gerak ( chaining ), rangkaian verbal ( verbal association ), belajar membedakan ( discrimination learning ), belajar konsep ( concept learning ), belajar aturan ( rule learning ) dan pemecahan masalah ( problem solving ).
Pertama. Belajar isyarat ( signal learning ). Belajar isyarat ( signal learning ) adalah kegiatan yang terjadi secara tidak disadari sebagai akibat dari adanya suatu stimulus tertentu.
Kedua. Belajar stimulus ( stimulus-response learning ). Belajar stimulus ( stimulus-response learning ) adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari yang berupa dilakukanya suatu kegiatan fisik sebagai reaksi atas adanya suatu stimulus tertentu. Kegiatan fisik yang dilakukan tersebut adalah kegiatan fisik yang dimasa lalu memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi orang yang bersangkutan.
Ketiga. Rangkaian gerak ( chaining ). Rangkaian gerak ( chaining ) merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan dalam upaya dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Keempat. Rangkaian verbal ( verbal association ). Rangkaian verbal ( verbal association ) merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-kalimat dengan objek-objek tertentu.
Kelima. Belajar membedakan ( discrimination learning ). Belajar membedakan ( discrimination learning ) merupakan kegiatan mengamati perbedaan antara sesuatu objek yang satu dengan objek yang lain.
Keenam. Belajar konsep ( concept learning ). Belajar konsep ( concept learning ) adalah kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa dan kemudian memperlakukan objek-objek atau perisiwa-peristiwa itu sebagai suatu kelas disebabkan oleh adanya adanya sifat yang sama tersebut .
Ketujuh. Belajar aturan ( rule learning ). Aturan adalah pernyataan yang memberikan petunjuk kepada individu bagaimana harus bertindak dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Belajar aturan (rule learning ) adalah kegiatan memahami pernyataan-penyataan dan sekaligus menggunakannya pada situasi-situasi yang sesuai.
Kedelapan. Pemecahan masalah ( problem solving ). Pemecahan masalah ( problem solving ). Merupakan kegiatan belajar yang paling kompleks. Untuk dapat memecahkan suatu masalah seseorang memerlukan pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitanya dengan masalah tersebut. Pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan itu harus diramu dan diolah secara kreatif dalam rangka memecahkan masalah yang bersangkutan. ( Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 2, 2005 ; 16 ).
Ada pula yang mendefinisikan : Belajar adalah berubah ( NKK, 1979 ). Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Sehingga belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain.
Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga ranah/matra, yaitu : matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini di rinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan ( level of competency ). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut ( Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial, buku 1 : 12 ) :


1. Cognitive domain
a. Knowledge ( pengetahuan, ingatan )
b. Comprehension ( pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh )
c. Application ( menerapkan )
d. Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan )
e. Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru )
f. Evaluation ( menilai ).
2. Affective domain :
a. Receiving ( sikap menerima )
b. Responding ( memberikan response )
c. Valuing ( nilai )
d. Organization ( organisasi )
e. Characterization ( karakterisasi )
3. Psychomotor domain :
a. Initiatory level ( tahap mulai melakukan )
b. Pre – routine level ( tahap dapat melakukan dengan benar )
c. Routinesized level ( terampil dan menjadi kebiasaan melakukan dengan benar ).
Dalam kaitanya dengan belajar, UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
1. Learning to know
Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.
2. Learning to do
Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
3. Learning to live together
Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
4. Learning to be
Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.

B. Teori Belajar
Secara teoritik, mengenai teori belajar dan pendekatan pembelajaran itu sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun pada tulisan ini dibagi menjadi teori belajar dan pendekatan pembelajaran. Teori belajar lebih menekankan pendekatan psikologis. Sedangkan pendekatan pembelajaran lebih umum dalam proses pembinaan dan peningkatan kualitas, dan ada unsur interaksi dengan yang lain/lingkungan.
Pada mulanya teori-teori belajar dikembangan oleh para ahli psikologi dan tidak dicobakan secara langsung pada manusia di sekolah, melainkan menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaanya akan dapat diterapkan pada proses belajar mengajar untuk manusia. Teori-teori ini kemudian berkembang pada suatu stadium yang berdasar atas prinsip conditioning , yakni pembentukan hubungan antara stimulus dan respon ( sardiman AM, 2000 ).
1. Teori Belajar Menurut Jiwa daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya ( Witherington, 1982 ). Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misal dengan menghafal kata-kata atau angka, atau istilah asing. Pelajaran IPS memiliki karakteristik yang mengharuskan siswa banyak membaca dan menghapal agar selaput otak meyelin terasah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu siswa perlu diberi tugas dengan mengerjakan latihan soal sebanyak-banyaknya.
2. Teori Belajar Menurut Jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Terkait dengan ini sehingga dalam kegiatan belajar sebenarnya bermula dari pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh.
Menurut aliran teori belajar Ilmu Jiwa Gestalt, seorang belajar jika mendapatkan insight ( pengertian atau pemahaman ). Insight ini diperoleh seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya Insight itu tergantung ( Materi Pelatihan Trintegrasi Pengtahuan Sosial, buku 1 : 13 ) :
a. Kesanggupan : Maksudnya kesanggupan atau kemampuan intelgensia individu.
b. Pengalaman : Karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah muculnya insight.
c. Taraf Kompleksitas : Semakin kompleks semakin sulit.
d. Latihan : Dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight , dalam situasi-situasi yang bersamaan yang dilatih.
e. Trial and error : Sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, seseorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Dari aliran Ilmu Jiwa Gestalt ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting , antara lain :
1). Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.
2). Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3). Manusia berkembang secara keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4). Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
5). Belajar hanya berhasil apabila dicapai kematangan untuk memperoleh insight.
6). Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.
7). Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8). Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan suatu ibarat suatu bejana yang diisi.
3. Teori Asosiasi
Ilmu Jiwa Asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal, yakni : Teori Konektionisme dari Throndike dan Teori Conditioning dari Pavlov ( Materi Pelatihan Trintegrasi Pengtahuan Sosial, buku 1 : 13 ) :
4. Teori Konektionisme
Menurut Throndike dasar dari belajar itu adalah asoiasi antara kesan panca indra ( sense impresion ) dengan impuls untuk bertindak ( impuls to action ). Asosiasi yang demikian dinamakan connecting. Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus ini akan terjadi hubungan yang erat kalau dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomatis.
a. Teori Conditioning
Seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya suatu tanda. Misalnya anak sekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul.
b. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu merupakan konstruksi ( bentukan ) kita sendiri. Von Glaserveld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk mengkonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertianya menjadi berkembang.
Dari beberapa pengertian tentang belajar dan teori belajar, belajar mencakup adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang diperoleh melalui fase-fase tertentu. Belajar dimulai dari jenis yang sederhana, yaitu belajar isyarat ( signal learning ) sampai jenis belajar yang paling kompleks ( problem solving ). Belajar sebagai perubahan tingkah laku harus mencakup tiga matra yaitu : kognitif, afektif dan psikimotor. Siswa sebagai subyek belajar harus aktif karena belajar merupakan suatu proses. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan siswa, dan belajar harus memiliki tujuan, tanpa tujuan yang jelas belajar tidak akan mendapatkan keberhasilan.
Diposkan oleh Noone Bochari

Selasa, 28 Juli 2009

DAFTAR ANGGOTA TERBARUI PER JULI 2009

DAFTAR ANGGOTA FKGB ( FORUM KOMUNIKASI GURU BERSERTIFIKASI )
UPTD PENDIDIKAN BANYUMANIK
Email fkgb. fkgbuptd@gmail.com --- blog fkgb. http://fkgbuptd.blogspot.com


NO NAMA
1 Dra. Ngatini
2 Eti Rosawati, S.Pd.MM.
3 Toniyem, S.Pd
4 Sri Subektiningsih, S.Pd
5 Dra. Endang Swastyaskuningsih
6 Anik Budiarti, S.Pd
7 Dra. Sukarsih
8 Utik Setyarti, M.Pd
9 Taslim, S.Pd
10 Suci Kristiningsih, S.Pd
11 Kemeria SE, S.Pd
12 Haryani, S.Pd
13 Retnoning Dyah, S.Pd
14 Sri Kunarti, S.Pd
15 Supriyati, S.Pd
16 Sarikem, S.Pd
17 Prasetyowati, S.Pd
18 Titik Budi Winarti, S.Pd
19 Nanik Setyaningsih, S.Pd
20 Th. Setyowati, S.Pd
21 Suhartyah, S.Pd
22 YR. Sukidal, S.Pd
23 Kristantini, M.Pd
24 FA. Karyanto, S.Pd
25 MS, Puji Setyowati, S.Pd
26 Bangun Tri Sukolaras, S.Pd
27 Sri Harmiyati, S.Pd
28 Dwi Astuti, S.Th
29 Ester Sulastr, S.Pd
30 Purwanto, S.Pd
31 Jaheri, S.Pd
32 Kustinah, S.Pd
33 Winarti, S.Pd
34 Darmiyatun, S.Pd
35 Marjani, S.Pd
36 Suhatmi, S.Pd
37 Tri Wahyuningsih, S.Th
38 Eti Dyah Susanawati, S.Th
39 Drs. Urip
40 Hindun Wasiati, S.Pd
41 Sutarno, S.Pd
42 Ruswanto, M.Pd
43 Tutik Ramtini, M.Pd
44 Kustinah, S.Pd
45 Siti Atikah, S.Pd
46 Paini, S.Pd
47 Kuncoro Puji Wibowo, S.Pd
48 Heni Tri Yuliastuti, S.IP
49 Slamet Basuki, S.Pd
50 Sri Maryati, S.Pd
51 Markhaban, M.Pd
52 Ester Sulastri, S.Pd
53 Isman Purwanto, S.Pd
54 Utaryo Siwi Sumbogo, S.Pd
55 Toriyah, S.Pd
56 Sri Haryanti, S.Pd
57 Kasiyatmi, S.Pd
58 Sudaryanto Gagarin, S.Pd

SEMINAR NASIONAL 2 HARI DENGAN IT EDU

Seminar Nasional 2 Hari "The World is My Class" dengan IT EDU & SAGUSALA FAIR, Semarang 1-2 Agustus 2009

Klub Guru Jawa Tengah bekerja sama dengan Kompas Gramedia dan Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) mengagendakan kegiatan Information and Technology (IT) yang dikemas dalam tajuk IT Edu dan Sagusala Fair guna pengembangan pengajaran dan pembelajaran yang lebih bermutu dan professional bagi guru-guru Se-Propinsi Jawa Tengah.

A. Peserta

Pimpinan lembaga pendidikan, Guru dan dosen, Mahasiswa, Orang Tua Siswa dan Umum

B. Kontribusi

Kontribusi peserta sampai tanggal 24 Juli 2009
  1. Anggota Klub Guru Indonesia dan Mahasiswa : Rp. 60.000,00
  2. Non Anggota Klub Guru Indonesia dan Umum : Rp. 80.000,00
Kontribusi peserta sesudah tanggal 24 juli 2009
  1. Anggota Klub Guru Indonesia dan Mahasiswa : Rp. 80.000,00
  2. Non Anggota Klub Guru Indonesia dan Umum : Rp. 100.000,00
C. Fasilitas Peserta
  1. Sertifikat
  2. Goodies bag berisi nomer perkenalan Majalah Infokomputer/Tabloid PC Plus (Hari I)
  3. Materi presentasi
  4. Makan siang (Hari I)
  5. Snack (Hari I dan II)

D. Pendaftaran Peserta
  1. Peserta dapat mendaftarkan diri secara online ke http://jatengklubguru.com/, langsung ke sekretariat di SMP 11 Semarang Jl. Karangrejo Gajahmungkur Semarang atau melalui contact person yang ditunjuk.
  2. Kontribusi pendaftaran dapat juga ditransfer melalui BPD JATENG Capem Kagok Semarang Nomor Rekening : 3-089-01759-3 a/n: SUKIRNO,SPD.
  3. MOHON KONFIRMASINYA VIA SMS ATAU TELPON SETELAH TRANSFER. HUBUNGI: Sukirno (SMP 11 Semarang), HP : 081 542 436 020
E. Waktu Pelaksanaan

Hari : Sabtu dan Minggu
Tanggal : 1 dan 2 Agustus 2009
Waktu :
- Hari I: Pukul 08.00 – 14.30 WIB,
- Hari II: Pukul 08.00 – 13.30 WIB

F. Tempat Pelaksanaan

Gedung E lantai 3 (Gedung TVKU) KAMPUS UDINUS Semarang, Jl. Nakula I Semarang.

G. Pembicara

HARI I: Sabtu, 1 Agustus 2009
  1. Prof. Dr. Eko Indrajit M.Sc. (ICT Expert & Pemerhati Pendidikan): “The World is My Class”
  2. Mohammad Ihsan (Sekjen Klub Guru Indonesia): “Dari Guru Konvensional menjadi Guru Profesional”
  3. James F Tomasow (Konsultan TI untuk Pendidikan): “Transformasi Pendidikan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK)"
  4. Vendor Hardware/Penyedia Solusi Edukasi

HARI II: Minggu, 2 Agustus 2009

  1. James F Tomasow (Konsultan TI untuk Pendidikan): “Transformasi ICT untuk Guru sebagai Agen Perubahan melalui Program SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop) II”
  2. Mampuono, S.Pd (Juara Guru Inovatif Asia Pasifik dan Ketua Klub Guru Jateng): “Praktek Pemanfaatan Internet untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran”
  3. Dr. Ir. Edi Nursasongko (Pakar Entrepreneurship, Rektor UDINUS) : “Technopreneurship Sebagai Nilai Plus-plus Bagi Guru Profesional di Era Global”
  4. Vendor SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop)

H. Sekretariat

Alamat Sekretariat di SMP N 11 Semarang, Jl. Karangrejo Gajahmungkur Jatingaleh Semarang

I. Contact Person

Pendaftaran bisa dilakukan pada kontak person berikut:
  1. Hamrowi (SMK 11 Semarang) : 081 542 507 907
  2. Manda Kartiko : 081 227 283 377
  3. Sukirno (SMP 11 Semarang) : 081 542 436 020
  4. Budhi Handoyo, S.Pd (SMA 8 Semarang) : 081 228 561 93
  5. Ristiono, S.Pd (MAN 2 Semarang) : 024 706 313 38
  6. Lukman, S.Kom (SMPIT Pondok Selamat Kendal): 085226177007
  7. Mulyo Utomo, M.Pd (SMPN 3 demak) : 081225065175

Catatan:
  1. Jumlah peserta terbatas dan sewaktu-waktu kuota sudah terpenuhi pendaftaran akan ditutup.
  2. Jika memiliki laptop, peserta bisa membawanya dalam keadaan full charged untuk digunakan pada sesi Praktek di hari II. Panitia tidak menyediakan sumber arus listrik.
  3. Peserta yang sudah membayar dan tidak bisa hadir tidak akan mendapatkan sertifikat.
  4. Sertifikat akan dibagikan pada hari kedua.

Kamis, 16 Juli 2009

SEMINAR NASIONAL ICT

Seminar Nsional ICT dengan tema PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS ICT akan dilaksanakan di LPMP JATENG jln Kyai Mojo Srondol Kulon Semarang. Pelaksanaan tanggal 19 Juli 2009 dimulai pukul 08.00, regristrasi pukul 07.00. Kontribusi Rp 100.000,00. Pembayaran dapat langsung di tempat seminar.

Selasa, 21 April 2009

PENGUMUMAN

Diumumkan kepada seluruh anggota FKGB UPTD Pendidikan Kecamatan Banyumanik bahwa kegiatan Seminar Nasional Peningkatan Profesionalisme Pasca Sertifikasi yang akan diadakan oleh PGRI Kota Semarang bertempat di IKIP PGRI Semarang diundur untuk waktu yang tidak ditentukan. Hingga Sampai saat ini 21 April 2009 belum ada informasi lanjutan dari Panitia. Haram maklum. Bagi yang sudah membayar uang pendaftaran dapat dikembalikan atau diminta kembali. Terima kasih atas pengertiannya.

Hormat kami

Ketua FKGB UPTD Pendd Kec. Banyumanik

Isman Purwanto, S.Pd

NIP. 19610313 198201 1 011

Kamis, 02 April 2009

SARAN USUL ANDA KAMI TUNGGU

FKGB uptd Kecamatan Banyumanik telah bediri sejak 12 Februari 2009 memang masih sangat muda. Kami pengurus mohon saran dan usul untuk kegitan kita. Banyak kendala memang antara lain bagi yg lulus tahun 2008 memang belum mendapatkan tunjangan profesi padahal sudah buka rekening, malah rekeningnya doubel pertama di BRI dan yang ke dua di Bank BPD Jateng sedang isinya masih kosong melompong ( mudah-mudahan cepet cair). Bahkan baru-baru ini tersebar informasi bahwa tunjangan itu akan dibatalkan, bagi yang sudah terlanjur menerima harap mengembalikan lewat potongan gaji ( waduh sedih sekali bukan). Bahkan berita itu telah dimuat di Suara Merdeka. Tetapi kata orang lagi itu hanya isyu. Wah pokoknya simpang siur. Bagi kami yang lulus Tahun 2008 seneng dan kecewa. Senengnya tidak mengembalikan, kecewanya sudah susah-susah portopolio dibatalkan tunjangannya. Saat ini kita semua harap-harap cemas. Mudah-mudahan itu semua hanya isyu saja. Dan kita berdoa semoga tunjangan sertifikasi tetap akan turun untuk kita semua. Dan kepada PGRI jawa Tengah tolong perjuangkan. Pak Sulistyo, MPd selamat berjuang semoga berhasil, kita semua menunggu hasilnya. salam PGRI

Selasa, 31 Maret 2009

SEMINAR NASIONAL

SEMINAR NASIONAL dengan tema - Peningkatan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi dan Penetapan PP No. 74 Tahun 2008- akan dilaksanakan segera :
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 April 2009
Pukul : 13.00 s/d 16.00
Tempat : Aula Gedung Pusat IKIP PGRI Semarang, Jln. Lontar Sidodadi 24 Smg
Pembicara : 1. DR. Sulistyo, M.Pd ( Rektor IKIP PGRI/Ketum PB PGRI)
2. DR. Baedhowi ( Dirjen PMPTK Depdiknas )

Pelaksana : Pengurus PGRI Kota Semarang
Kontribusi : Rp. 80.000,00
Pendaftaran : Kantor PGRI Kota Semarang, Rektorat Gedung Pusat PGRI, BAAK IKIP
PGRI, Bp. Muhlis 081326339100

Selasa, 24 Maret 2009

DAFTAR ANGGOTA FKGB UPTD PENDD. BANYUMANIK

DAFTAR ANGGOTA FKGB ( FORUM KOMUNIKASI GURU BERSERTIFIKASI )UPTD PENDIDIKAN BANYUMANIK

NO NAMA NO HP TAHUN LULUS
1 Dra. Ngatini 2006
2 Eti Rosawati, S.Pd.MM. 2006
3 Toniyem, S.Pd 2006
4 Sri Subektiningsih, S.Pd 081325606852 2006
5 Dra. Endang Swastyaskuningsih 08161928845 2006
6 Anik Budiarti, S.Pd 2007
7 Dra. Sukarsih 081325238839 2007
8 Utik Setyarti, M.Pd 08157760803 2007
9 Taslim, S.Pd 081325768325 2007
10 Suci Kristiningsih, S.Pd 2007
11 Kemeria SE, S.Pd 2007
12 Haryani, S.Pd 2007
13 Retnoning Dyah, S.Pd 2007
14 Sri Kunarti, S.Pd 2007
15 Supriyati, S.Pd 2007
16 Sarikem, S.Pd 2007
17 Prasetyowati, S.Pd 081575134501 2007
18 Titik Budi Winarti, S.Pd 08122570611 2007
19 Nanik Setyaningsih, S.Pd 0812718896 2007
20 Th. Setyowati, S.Pd 02470580317 2007
21 Suhartyah, S.Pd 087832434025 2007
22 YR. Sukidal, S.Pd 085866594641 2007
23 Kristiantini, M.Pd 08122924375 2007
24 FA. Karyanto, S.Pd 2007
25 MS, Puji Setyowati, S.Pd 2007
26 Bangun Tri Sukolaras, S.Pd 08122891995 2007
27 Hindun Wasiati, S.Pd 02470280699 2008
28 Sutarno, S.Pd 081390566117 2008
29 Ruswanto, M.Pd 2008
30 Tutik Ramtini, M.Pd 2008
31 Kustinah, S.Pd 2008
32 Siti Atikah, S.Pd 2008
33 Paini, S.Pd 2008
34 Kuncoro Puji Wibowo, S.Pd 2008
35 Heni Tri Yuliastuti, S.IP 2008
36 Slamet Basuki, S.Pd 2008
37 Sri Maryati, S.Pd 08156622088 2008
38 Markhaban, M.Pd 2008
39 Ester Sulastri, S.Pd 2008
40 Isman Purwanto, S.Pd 081225682819 2008
41 Utaryo Siwi Sumbogo, S.Pd 085640753006 2008
42 Toriyah, S.Pd 081326444953 2008
43 Sri Haryanti, S.Pd 081326730919 2008
44 Kasiyatmi, S.Pd 081325615108 2008
45 Sudaryanto Gagarin, S.Pd 081225502783 2008













NB : Bagi yang belum tercantum/data salah harap kirim data kepada Isman Purwanto, S.Pd
Phone : 085225682819

PENGUMUMAN

Diberitahukan kepada rekan sejawat khususnya rekan guru yang telah bersertifikasi UPTD Pendidikan Kecamatan Banyumanik agar dapt mengikuti Seminar Sehari Tingkat Nasional

Tempat : IKIP PGRI, Jln Lontar 1 Sidodadi Semarang
Hari, Tgl : Minggu, 29 Maret 2009
Tema : Peningkatan Profesionalisme Pasca Sertifikasi
Pembicara : Prof. DR. Ing. Wardiman Joyonegoro( Penasehat DPP AGMP PGRI)
MAKALAH ; PENINGKATAN KOMPETENSI PASCA SERTIFIKASI
DR. Unifah Rosidy ( Pengurus Besar PGRI )
MAKALAH ; APA DAN BAGAIMANA SERTIFIKASI DI MASA MENDATANG
Kontribusi : Rp. 100.000,00
Fasilitas : Seminar Kit, Snack, Makan Siang, Sertifikat, Prosiding.

Tujuan Seminar :
1. Mampu mengkreasi lingkungan belajar secara positif ( creating positive learning enviroment)
2. Mampu memberdayakan peserta didik (empowering students) untuk melibatkan diri pada
proses pembelajaran di kelas.
3. Mampu mengelola dan mengevaluasi proses serta hasil belajar siswa.


Tempat pendaftaran ;
1. Jln. Lontar No. 1 Sidodadi Semarang. Phone. 024-8453858
2. Supriyanto (SMA 5 Semarang) Phone, 024-70032456, 08156559937
3. Agung ( SMA 16 Semarang) Phone, 08156666223
4. Saleh Amin ( SMA 3 Senmarang) Phone, 08122910294

Demikian supaya diindahkan

Senin, 23 Maret 2009

Forum Komunikasi Guru Bersertifikasi UPTD Pendidikan Kec. Banyumanik Berdiri

FKGB UPTD Pendidikan Kecamatan Banyumanik terbentuk pada tanggal 12 Februari 2009 bertempat di Aula SDN Karangrejo 01-02 Jatingaleh.
Adapun sebagai Pengurus sbb;

Ketua 1 : Isman Purwanto, S.Pd
Ketua 2 : Utaryo Siwi Sumbogo, S.Pd
Sekretaris 1 : Toriyah, S.Pd
Sekretaris 2 : Haryanti, S.Pd
Bendahara 1 : Bangun, S.Pd
Bendahara 2 : Kasiyatmi, S.Pd
Demikian susunan pengurus FKGB UPTD Pendidikan Banyunik.